Masyarakat Relawan Indonesia atau disingkat MRI merupakan wadah aktualisasi diri sebagai seorang manusia yang mengoptimalkan tenaga fisiknya untuk membantu sesama. MRI sendiri sudah ada di setiap Provinsi hingga Kabupaten di Indonesia. Aku sendiri tergabung di dalam MRI Kabupaten Sleman sejak tahun 2019 melalui rekrutmen relawan MRI. Masih ingat betul bagaimana aku mengikuti pengenalan di awal, mendapatkan tugas untuk membuat kelas bahasa isyarat, kemudian mengikuti Voluntery Cam, dan akhirnya turut serta disetiap pertemuannya.

Awal wabah pandemik covid-19 datang ke Indonesia sudah membuat resah semua orang termasuk aku. Hingga akhirnya semua orang di rumahkan atau bahasa kerennya WFH (Work From Home/bekerja dari rumah), padahal tidak semua orang bekerja, hahaha. Karena melihat kondisi masyarakat yang sudah kalangkabut dengan situasi ini baik pekerja harian atau bahkan masyarakat kurang mampu. Akhirnya ACT (Aksi Cepat Tanggap) bersama MRI dan juga DER (Disaster Emergency Respon) menggalang kepedulian terhadap masyarakat yang terdampak pada akhir bulan Maret. Aku pun akhirnya ikut serta di dalamnya.

Aku mengikuti rapat kedua kalinya mewakili ketua MRI Sleman yang kebetulan belum bisa hadir. Hingga akhirnya aku pun menjadi bagian dari relawan posko covid-19 ACT DIY. Di awal kegiatan, kami membuat hand sanitizer yang akan kami bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Alhamdulillah kami mendapat bantuan bahan lidah buaya gratis dari petani lidah buaya. Kami pun mulai mengolahnya dengan campuran alkohol dan minyak atsiri sesuai dengan takaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan.


Sasaran awal kami menyebarkan hand sanitizer ini adalah pengunjung bandara. Mengapa kami mengambil lingkup bandara? Mengapa bukan warga yang ada dipinggiran jalan, atau para tukang becak dan sebagainya yang membutuhkan? Mengapa justru para pengunjung bandara yang notabennya adalah orang-orang kaya? Ya, benar sekali kami memang mencari sasaran orang kaya, dimana pada botol hand sanitizer yang kami bagikan terdapat informasi yang dapat dibaca oleh mereka berupa penggalangan dana dan juga informasi kemanusiaan. Sehingga dengan kepedulian mereka, akan adanya kesadaran untuk saling membantu, salah satunya melalui Lembaga ACT.

 


Sebelum menyebarkan hand sanitizer tersebut, kami breafing sebentar bersama penanggungjawab area bandara. Setelah itu dilanjut pembagian kelompok berdasarkan lokasi, baik pintu kedatangan dan pemberangkatan lokal juga internasional. Kebetulan aku ditempatkan di area pintu kedatangan internasional yang notabennya pesawat-pesawat yang high class, seperti pesawat Garuda Indonesia.

 

Tidak hanya penumpang yang kami tawarkan hand sanitizer tersebut, meski terkadang beberapa menolaknya baik karena tidak berkenan atau memang mereka sudah membawa hand sanitizer sendiri. Tetapi kami juga menawarkan kepada petugas bandara hingga ke pramugari serta pilotnya. Ada beberapa hal yang menari, salah satunya yaitu bapak yang menjadi penanggungjawab kami, beliau sempat menyampaikan rasa harunya. “Saya terharu mbak, saya nggak menyangka masih ada yang peduli kepada kami di situasi seperti ini. Terimakasih sekali ya mbak atas semuanya” Begitulah ucapan darinya yang ku dengar secara langsung.


Aksipun berlanjut setiap harinya, dan kali ini aku ditempatkan pada posisi tim kesehatan untuk memantau kesehatan para relawan. Mulai dari memastikan mereka dalam kondisi sehat sebelum berangkat dengan malakukan pemeriksaan kesehatan umum. Mulai dari pengukuran tanda-tanda vital seperti pengukuran suhu, tekanan darah, detak nadi juga tingkat pernafasan, juga gejala lainnya yang mungkin ada. Kami berhak mengatakan relawan tersebut berhak turun aksi atau tidak dilihat dari hasil pemeriksaan.


Kemudian kami pun turut serta di dalam pemantauan lapangan, terutama saat aksi penyemprotan desifektan. Tim kesehatan bertugas memastikan pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sebelumnya sudah kami tetapkan bersama tim kesehatan dengan merujuk pada perkembangan informasi kesehatan. Kami juga wajib memastikan tim tidak dalam keadaan keracunan bahan kimia dari campuran desinfektan. Sebenarnya desinfektan sendiri tidak direkomendasikan untuk dilakukan, mengingat kandungannya sangat beresiko pada tubuh manusia. Namun, desinfektan digunakan sebagai salah satu upaya untuk membantu mengurangi peningkatan perkembangan virus tersebut yang mungkin bisa jadi menempel pada benda-benda di tempat umum.


Kami melakukan penyemprotan desinfektan pada tempat-tempat umum yang sering dikunjungi oleh orang yang melakukan perjalanan jauh, sesuai dengan permintaan masing-masing instansi terkait. Salah satunya yaitu dari PT. Pertamina yang meminta kami untuk melakukannya di beberapa masjid yang ada di Pom bensi di wilayah DIY. Bahkan instansi koramil DIY pun membutuhkan bantuan kami untuk melakukan penyemprotan di wilayah titik 0 KM yang notabennya sering diganakan untuk para wisatawan.


Setelah melakukan aksi, sesampainya di posko pun tim kesehatan melanjutkan tugasnya untuk memeriksa kembali kesehatan relawan yang turun aksi. Jika terdapat tanda-tanda gangguan, maka kami berhak memberikan rekomendasi baik memberi obat atau mengistirahatkan relawan untuk tidak turun aksi kembali pada beberapa hari. Setelah pemeriksaan selesai kami tulis dilembar pemeriksaan, kami juga wajib merekap hasil kesehatan relawan yang turun aksi pada hari tersebut dan akan dilaporkan pada rapat evaluasi harian.


Berbagai aksi kami lakukan selain penyemprotan desinfektan, salah satunya yaitu operasi makan gratis kepada orang-orang dipinggir jalan yang membutuhkan. Salah satunya pemulung yang ada dipinggiran. Mereka yang mungkin kesulitan mencari sesuap nasi. Meski hanya sekali dua kali kami memberikannya tapi kami selalu berharap akan selalu ada orang lain yang juga membantunya. Sebab itu kami pun selalu mengupdate dokumentasi aksi kami di sosial media salah satunya akun instagram @act_diy.


Membagi makananpun tidak hanya di pagi atau siang hari, bahkan di waktu malam hari pun kami siap membagikannya kepada mereka yang membutuhkan. Mengapa malam hari? Sebab kami bekerjasama dengan salah satu instansi ojek online yaitu Grab, dimana siapapun yang memesan makanan dan ingin dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Mereka yang memesan melalui Grab Berbagi bisa mengirimkan makanan tersebut kepada kami dan kami teruskan kepada mereka yang membutuhkan.


Selain membagikan kepada orang dipinggir jalan, kami juga bekerjasama dengan warung-warung kecil yang terdampak pandemik. Kami memesan puluhan bungkus makanan yang akan kami berikan secara gratis kepada para pekerja lepas salah satunya para tukang ojek yang penghasilan hariannya tidak menentu. Dengan pendataan tambahan yang akan membantu kami dalam aksi-aksi selanjutnya.


Dari data-data yang kami dapatkan, aksi selanjutnya yang kami lakukan salah satunya yaitu pembagian sembako dengan sistem door to door, mendatangi rumah-rumah warga yang membutuhkan. Tak jarang kami memerlukan waktu yang cukup lama untuk medatangi rumah-rumah warga yang notabennya berada dipelosok desa. Sebagian besar mereka yang menerima bantuan sembako adalah mereka yang sudah berusia lansia yang sudah tidak berpenghasilan.


Sedangkan untuk membantu diperkotaan yang begitu ramai dengan lalu-lalang masyarakat, terutama di pasar dan wilayah-wilayah tertentu, kami pun menyediakan wastafel portable yang diisi ulang setiap rentang waktu tertentu, agar masyarakat bisa mencuci tangan setiap waktu setelah menyentuh benda apapun.

 

Selama beraksi pun, kami tidak akan lepas dari informasi dan pembelajaran. Sesekali waktu luang kami lakukan berbagi informasi baik mitigasi ataupun sharing tanggap darurat. Mengingat wilayah Jogja sangat rentan dengan adanya bencana alam terutama gunung berapinya. Lebih banyak waktu di malam hari kami gunakan untuk bercengkrama sekedarnya saja.

 

Sebagai catatan, bahwa relawan ini benar-benar berlandaskan pada jiwa kemanusiaan tanpa bayaran jasa berupa uang imbalan sedikit pun. Kami cukup dengan disediakan makanan yang mencukupi kebutuhan aksi kami. Aksi pun tidak terhenti meski pada bulan Ramadhan. Hanya saja waktu aksi sedikit dikurangi terutama pada saat melakukan penyemprotan desinfektan yang membutuhkan banyak tenaga. Lebih banyak waktu siang hingga sore yang kami gunakan di bulan Ramadhan. Dan tentu saja kami pun berbuka puasa bersama di posko setiap magrib, atau jika masih ada aksi, maka yang turun aksi mendapat jatah biaya makan yang bisa digunakan di luar.



Masih banyak sekali aksi yang kami lakukan, baik berupa barang maupun makanan. Mulai dari pengembangan Usaha Mikro Indonesia, yang mana kami bertugas membuatkan promosi usaha masyarakat kecil yang membutuhkan pengembangan agar usahanya tidak mati. Juga membagikan APD ke layanan kesehatan baik di puskesmas ataupun ke rumah sakit. Sekali lagi, tugas tim kesehatan memastikan semua relawan dalam kondisi sehat. Sesekali tim kesehatan ditugaskan di lapangan atau terkadang stand bay di posko untuk menjaga dan mengkoordinir kondisi dan situasi aksi. Dan begitu pula peran-peran relawan lainnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Meski ada dan tidak adanya sebuah bencana ataupun situasi darurat, tapi jiwa-jiwa relawan terus membara dimanapun berada.


Komentar