Malam itu aku sedang asik menikmati
baby crab di salah satu acara festival foodies. Tiba-tiba pesan
singkat sampai kepadaku yang mengatakan bahwa esok dia sudah sampai di Jakarta.
Ya, dia salah satu orang yang aku sebut teman. Benar cerita bahwa beberapa hari
lalu aku mengirim pesan kepadanya bahwa jika ia di Jakarta, aku akan ke sana.
Namun ternyata dia memutuskan pulang kampung. Akhirnya kuurungkan niat ku untuk
berlibur ke Jakarta. Aku sudah benar-benar mengikhlaskan menghabiskan masa
liburku di kamar saja. Tapi nyatanya dia mengajakku untuk ke Jakarta. Tanpa
berpikir panjang, aku pun mencari tiket perjalanan ke Jakarta di malam itu
untuk keberangkatan esok hari.
Setelah aku menyelesaikan tugas
bimbinganku, aku pun berangkat ke bandara dan melanjutkan jadwal bimbingan
kembali di bandara sembari menunggu boarding.
Lalu kemudian selama di dalam pesawat, aku memikirkan akan kemana saja liburan
kali ini. Mulai dari mengunjungi Masjid Istiqlal kembali, mampir ke Monas melihat
tarian air mancur, lalu kemudian menikmati hiruk pikuk malam di Jakarta sampai
pergantian tahun baru bersama temanku. Dan kemudian ke-esokan harinya aku akan
mengunjungi tempat wisata; TMII, TSI, SM-E & K@J, malamnya karaokean, makan
di restoran, dan wisata yang lain yang bisa aku kunjungi. Begitu banyak hal
yang ingin aku lakukan selama dua hari di Jakarta nanti. Dan di tanggal 2 aku
baru akan kembali.
Tak butuh waktu lama, pesawat pun sudah
landing. Sore itu Jakarta sedang
diguyur hujan. Persis seperti apa yang disampaikan oleh teman. Beberapa hari
terakhir Jakarta sedang dilanda hujan meski tak sampai banjir. Sama seperti
tahun-tahun lalu, di akhir tahun selalu turun hujan. Tapi kali ini mungkin akan
sedikit berbeda, karena masa pelarangan kerumuman sudah ditiadakan, dan
pemerintah mencoba membuat rekayasa hujan. Dimana pengaturan hujan dibuat di
awal atau di akhir setelah malam pergantian tahun baru.
Benar saja, saat sampai di Masjid
Istiqlal, aku sudah tak menemukan rintik hujan, hanya ada genangan sisa air
hujan di sore itu. Sembari menikmati sepiring rujak tahu di stand makanan area Masjid
dan menunggu waktu masuk shalat Magrib. Kucoba mengabari salah satu temanku
yang kebetulan bekerja di Kominfo dekat situ. Namun waktu tak memungkinkan kami
untuk bertemu, dia masih ada tugas yang harus diselesaikannya. Adzan Magrib pun
berkumandang, mengawali malamku dengan menunaikan shalat Magrib di Masjid Istiqlal
ini.
Jika kamu bertanya mengapa aku
tidak langsung ke tempat temanku yang janjian denganku? Karena dia masih kerja
dan kembali sekitar jam setengah 8 malam. Maka aku memutuskan untuk ke tempat
lain dulu. Rencana awal memang aku ingin ke Monas menikmatai tarian air mancur.
Tapi setelah melihat jadwal kunjungan K@J, ternyata di tanggal 1 mereka tutup.
Akhirnya aku memutuskan untuk ke sana di malam ini. Ternyata K@J bukan berdiri
di satu Gedung sendiri, dia berada menjadi bagian dari Lotte Shopping Avenue. Kebetulan hari itu sedang ada Trading Event, tentu saja pengunjungnya
cukup padat sejak pagi hari. Dan syukurnya aku sepertinya datang di waktu yang
tepat, dimana pengunjung tidak sepadat seperti pagi-sore hari. Akhirnya aku
bisa menikmati sepotong Cake Mint Cocco dan Ammericano nya. Tidak lain dan
tidak bukan keduanya adalah menu yang sering muncul di salah satu konten BG
SM-E.
Setelah puas menikmati me time di K@J, aku
pun memutuskan untuk keluar setelah mendapat pesan dari kawanku bahwa dia sudah
selesai kerja. Niat hati ingin berjumpa di satu tempat yang dekat dengan tempat
yang kita rencanakan “Sudirman”. Tapi belum sempat aku mengutarakan keinginan
rencanaku, ternyata dia sudah lebih dulu mengatakan bahwa dia bimbang akan
keluar di malam itu atau tidak. Awalnya kupikir dia lelah dan aku tak ingin
memaksakannya. Tapi akhirnya dia mengatakan akan keluar bersama temannya. Bagai
badai gurun pasir menghantamku. Untuk kesekian kalinya, kawan yang aku harapkan
mengharapkan orang lain. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sendiri
tanpanya.
Hampir satu jam aku duduk di lobby Gedung itu. Tiba-tiba saja air
mataku tak terbendung, di antara ramainya orang berlalu lalang. Aku bingung
harus kemana dan bagaimana. Menyesal? Tentu saja, bagaimana tidak, rencanaku hancur
seketika. Cukup lama aku menenangkan diriku, akhirnya aku memutuskan untuk
memesan Gojek menuju ke bundaran HI. Akan aku akhiri tahun ini berada di antara
orang-orang yang sama sekali tak kukenali.
Sudah sangat tampak begitu padatnya
pengunjung dari ujung barat sampai timur. Setidaknya ada 3 panggung utama yang
menyajikan penampilan Band dengan lagu-lagunya sebagai penghibur di akhir
tahun. Aku lebih memilih panggung yang berada di area bundaran HI. Tak satu
orang pun yang kukenali, hanya bermodal kaki melangkah di antara kerumunan
manusia-manusia yang ingin menikmati waktu bersama di akhir tahun ini. Satu lagu
yang begitu fenomenal “Bento by Iwan Fals”, akhirnya terdengar dengan ramainya
pengunjung yang ikut menyahut. Dan tepat beberapa saat mendekati perganti hari,
pesta kembang api pun mulai berhampuran di langit Jakarta. Manusia-manusia ini
pun mulai mengabadikan momen yang ada sekali dalam setahun itu dalam memori Hp
nya. Meski hati ini masih terasa sakit, tapi setidaknya aku turut bahagia
berada di antara orang-orang yang merindukan keramaian.
Tepat di jam 1 lewat di tanggal 1, semua
seremonial tahun baru itu pun usai. Semua pengunjung pun kembali ke habitatnya.
Berbeda denganku yang masih galau harus tidur dimana mala mini. Akhirnya aku
mencoba mencari tempat penginapan di dekat wilayah itu. Berjalanlah aku
menyusuri trotoar jalan. Tak lama aku berjalan, tiba-tiba aku melihat orang-orang
sekelilingku mulai menghindariku, aku pun mencoba mencari tau alasannya. Yang benar
saja, ternyata ada sosok manusia tak berbaju sedang mengikuti di belakangku.
Aku mencoba untuk berhenti berjalan di salah satu warung, dia juga ikut berhenti.
Aku mencoba meminta bantuan kepada pemilik warung. Beliaupun menyuruhku untuk
ke belakang di tempat orang-orang sedang makan. Aku mengikuti sarannya. Aku
mencoba mendekati salah satu keluarga yang sedang duduk bersama. Manusia tak
berbaju itu masih mengikutiku dan duduk mendekat di antara keluarga itu. Sekali
lagi aku meminta bantuan kepada seorang bapak yang aku anggap sebagai kepala
keluarga itu yang mungkin bisa membantuku. Tapi nyatanya beliau menyampaikan
untuk ku ke tempat pos polisi yang ada di persimpangan jalan. Aku memintanya
untuk menemaniku, tapi lagi-lagi aku ditolaknya dengan alasan akan pulang.
Akhirnya aku mengucapkan terima kasih dan segera
menuju ke pos polisi di persimpangan yang lumayan jauh dari tempat itu. Dan akhirnya
sampai di pos polisi, kupinta izin untuk beristirahat sejenak. Tubuhku sudah
begitu gemetar ketakutan akan manusia tak berbaju itu. Kuceritakan pada pak
polisi, dan beliau menyampaikan bahwa manusia itu adalah orang dengan gangguan
jiwa. Saat mendengarnya, perlahan aku mulai tenang, karena aku tahu bahwa orang
dengan gangguan jiwa bukanlah orang jahat, dia hanya tidak bisa membedakan mana
yang sebenarnya. Lagi pula, aku ini adalah seorang perawat yang setidaknya
sedikit paham tentang hal itu. Memang benar orang dengan gangguan jiwa mungkin
tidak membahayakan diri sendiri, tapi terkadang justru membahayakan orang lain.
Setelah aku rasa tenang, aku pun berpamitan
dengan pak polisi untuk melanjutkan perjalananku mencari penginapan. Satu dua
tempat sudah kudatangi, nyatanya semua kamar sudah penuh. Hingga akhirnya aku
menghubungi salah satu penginapan dan tersisa 1 kamar. Segera aku ke penginapan
itu dan kuambil kamar yang tersisa. Akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku di
kasur. Aku yang sudah hancur dengan rencana liburku, akhirnya memutuskan untuk
pulang saja. Ku pesan tiket kembali untuk hari itu lebih awal. Sudah tidak
peduli lagi dengan rencana jalan-jalanku, aku hanya ingin segera kembali ke
asrama dan mengakhiri liburku.
Pagi pun menyapa, aku bersiap-siap untuk
berangkat ke bandara kembali. Dihantarkan hujan yang begitu lebat membasahi
bumi Jakarta, tepat setelah acara seremonial tahun baru itu selesai. Mungkin memang
benar, rekayasa hujan yang dibuat oleh pemerintah telah berhasil. Namun,
nyatanya justru hujan begitu deras datang di pagi ini. Bahkan sopir yang mengantarku
pun menyampaikan hujan kali ini tidak seperti beberapa hari belakangan. Untung
saja hujan ini tak disertai angina. Dan akhirnya aku sampai di bandara lebih
awal meski aku sudah memprediksi keberangkatanku lagi-lagi tertunda seperti
biasa.
Sampainya aku di bandara tujuan akhir, aku
pun memesan Gojek menuju Mall Boemi Kedaton seperti yang aku rencanakan selama
di penerbangan untuk menonton Avatar. Dan syukurnya sesuai rencanaku,
setidaknya masih ada 1 kursi kosong di jam awal penanyangan di hari itu. Setidaknya
butuh waktu 3 jam lamanya film berlangsung. Meski posisi kursi yang kurang
efektif, tapi setidaknya aku cukup merasakan sensai menonton dengan versi 3D. Sedikit
review nih ya, benar kata orang, Avatar kali ini memang temanya lebih kepada family dan itu bisa ditonton untuk semua
jenis usia.
Setelah usai menonton, akhirnya aku
memutuskan untuk pulang. Jalanan begitu padat merayap, dan akhirnya aku sampai
di asrama tepat saat adzan Magrib. Begitulah aku mengakhiri masa liburanku, dan
menyisahkan satu hari untuk menetralkan diri dari kejadian diluar dugaan. Mungkin
untuk sementara aku tak akan kembali ke Jakarta lagi, sampai entah kapan nanti
jika aku sudah baik-baik saja. Terima kasih Jakarta untuk kisah singkatnya.
Semoga kau tetap masih ku kenal dengan kebaikannya yang pernah aku temukan
dulu.

Komentar
Posting Komentar