HAPPY NEW YEAR 2023

 

Malam itu aku sedang asik menikmati baby crab di salah satu acara festival foodies. Tiba-tiba pesan singkat sampai kepadaku yang mengatakan bahwa esok dia sudah sampai di Jakarta. Ya, dia salah satu orang yang aku sebut teman. Benar cerita bahwa beberapa hari lalu aku mengirim pesan kepadanya bahwa jika ia di Jakarta, aku akan ke sana. Namun ternyata dia memutuskan pulang kampung. Akhirnya kuurungkan niat ku untuk berlibur ke Jakarta. Aku sudah benar-benar mengikhlaskan menghabiskan masa liburku di kamar saja. Tapi nyatanya dia mengajakku untuk ke Jakarta. Tanpa berpikir panjang, aku pun mencari tiket perjalanan ke Jakarta di malam itu untuk keberangkatan esok hari.

Setelah aku menyelesaikan tugas bimbinganku, aku pun berangkat ke bandara dan melanjutkan jadwal bimbingan kembali di bandara sembari menunggu boarding. Lalu kemudian selama di dalam pesawat, aku memikirkan akan kemana saja liburan kali ini. Mulai dari mengunjungi Masjid Istiqlal kembali, mampir ke Monas melihat tarian air mancur, lalu kemudian menikmati hiruk pikuk malam di Jakarta sampai pergantian tahun baru bersama temanku. Dan kemudian ke-esokan harinya aku akan mengunjungi tempat wisata; TMII, TSI, SM-E & K@J, malamnya karaokean, makan di restoran, dan wisata yang lain yang bisa aku kunjungi. Begitu banyak hal yang ingin aku lakukan selama dua hari di Jakarta nanti. Dan di tanggal 2 aku baru akan kembali.

Tak butuh waktu lama, pesawat pun sudah landing. Sore itu Jakarta sedang diguyur hujan. Persis seperti apa yang disampaikan oleh teman. Beberapa hari terakhir Jakarta sedang dilanda hujan meski tak sampai banjir. Sama seperti tahun-tahun lalu, di akhir tahun selalu turun hujan. Tapi kali ini mungkin akan sedikit berbeda, karena masa pelarangan kerumuman sudah ditiadakan, dan pemerintah mencoba membuat rekayasa hujan. Dimana pengaturan hujan dibuat di awal atau di akhir setelah malam pergantian tahun baru.

Benar saja, saat sampai di Masjid Istiqlal, aku sudah tak menemukan rintik hujan, hanya ada genangan sisa air hujan di sore itu. Sembari menikmati sepiring rujak tahu di stand makanan area Masjid dan menunggu waktu masuk shalat Magrib. Kucoba mengabari salah satu temanku yang kebetulan bekerja di Kominfo dekat situ. Namun waktu tak memungkinkan kami untuk bertemu, dia masih ada tugas yang harus diselesaikannya. Adzan Magrib pun berkumandang, mengawali malamku dengan menunaikan shalat Magrib di Masjid Istiqlal ini.

Jika kamu bertanya mengapa aku tidak langsung ke tempat temanku yang janjian denganku? Karena dia masih kerja dan kembali sekitar jam setengah 8 malam. Maka aku memutuskan untuk ke tempat lain dulu. Rencana awal memang aku ingin ke Monas menikmatai tarian air mancur. Tapi setelah melihat jadwal kunjungan K@J, ternyata di tanggal 1 mereka tutup. Akhirnya aku memutuskan untuk ke sana di malam ini. Ternyata K@J bukan berdiri di satu Gedung sendiri, dia berada menjadi bagian dari Lotte Shopping Avenue. Kebetulan hari itu sedang ada Trading Event, tentu saja pengunjungnya cukup padat sejak pagi hari. Dan syukurnya aku sepertinya datang di waktu yang tepat, dimana pengunjung tidak sepadat seperti pagi-sore hari. Akhirnya aku bisa menikmati sepotong Cake Mint Cocco dan Ammericano nya. Tidak lain dan tidak bukan keduanya adalah menu yang sering muncul di salah satu konten BG SM-E.

Setelah puas menikmati me time di K@J, aku pun memutuskan untuk keluar setelah mendapat pesan dari kawanku bahwa dia sudah selesai kerja. Niat hati ingin berjumpa di satu tempat yang dekat dengan tempat yang kita rencanakan “Sudirman”. Tapi belum sempat aku mengutarakan keinginan rencanaku, ternyata dia sudah lebih dulu mengatakan bahwa dia bimbang akan keluar di malam itu atau tidak. Awalnya kupikir dia lelah dan aku tak ingin memaksakannya. Tapi akhirnya dia mengatakan akan keluar bersama temannya. Bagai badai gurun pasir menghantamku. Untuk kesekian kalinya, kawan yang aku harapkan mengharapkan orang lain. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sendiri tanpanya.

Hampir satu jam aku duduk di lobby Gedung itu. Tiba-tiba saja air mataku tak terbendung, di antara ramainya orang berlalu lalang. Aku bingung harus kemana dan bagaimana. Menyesal? Tentu saja, bagaimana tidak, rencanaku hancur seketika. Cukup lama aku menenangkan diriku, akhirnya aku memutuskan untuk memesan Gojek menuju ke bundaran HI. Akan aku akhiri tahun ini berada di antara orang-orang yang sama sekali tak kukenali.

Sudah sangat tampak begitu padatnya pengunjung dari ujung barat sampai timur. Setidaknya ada 3 panggung utama yang menyajikan penampilan Band dengan lagu-lagunya sebagai penghibur di akhir tahun. Aku lebih memilih panggung yang berada di area bundaran HI. Tak satu orang pun yang kukenali, hanya bermodal kaki melangkah di antara kerumunan manusia-manusia yang ingin menikmati waktu bersama di akhir tahun ini. Satu lagu yang begitu fenomenal “Bento by Iwan Fals”, akhirnya terdengar dengan ramainya pengunjung yang ikut menyahut. Dan tepat beberapa saat mendekati perganti hari, pesta kembang api pun mulai berhampuran di langit Jakarta. Manusia-manusia ini pun mulai mengabadikan momen yang ada sekali dalam setahun itu dalam memori Hp nya. Meski hati ini masih terasa sakit, tapi setidaknya aku turut bahagia berada di antara orang-orang yang merindukan keramaian.



Tepat di jam 1 lewat di tanggal 1, semua seremonial tahun baru itu pun usai. Semua pengunjung pun kembali ke habitatnya. Berbeda denganku yang masih galau harus tidur dimana mala mini. Akhirnya aku mencoba mencari tempat penginapan di dekat wilayah itu. Berjalanlah aku menyusuri trotoar jalan. Tak lama aku berjalan, tiba-tiba aku melihat orang-orang sekelilingku mulai menghindariku, aku pun mencoba mencari tau alasannya. Yang benar saja, ternyata ada sosok manusia tak berbaju sedang mengikuti di belakangku. Aku mencoba untuk berhenti berjalan di salah satu warung, dia juga ikut berhenti. Aku mencoba meminta bantuan kepada pemilik warung. Beliaupun menyuruhku untuk ke belakang di tempat orang-orang sedang makan. Aku mengikuti sarannya. Aku mencoba mendekati salah satu keluarga yang sedang duduk bersama. Manusia tak berbaju itu masih mengikutiku dan duduk mendekat di antara keluarga itu. Sekali lagi aku meminta bantuan kepada seorang bapak yang aku anggap sebagai kepala keluarga itu yang mungkin bisa membantuku. Tapi nyatanya beliau menyampaikan untuk ku ke tempat pos polisi yang ada di persimpangan jalan. Aku memintanya untuk menemaniku, tapi lagi-lagi aku ditolaknya dengan alasan akan pulang.

Akhirnya aku mengucapkan terima kasih dan segera menuju ke pos polisi di persimpangan yang lumayan jauh dari tempat itu. Dan akhirnya sampai di pos polisi, kupinta izin untuk beristirahat sejenak. Tubuhku sudah begitu gemetar ketakutan akan manusia tak berbaju itu. Kuceritakan pada pak polisi, dan beliau menyampaikan bahwa manusia itu adalah orang dengan gangguan jiwa. Saat mendengarnya, perlahan aku mulai tenang, karena aku tahu bahwa orang dengan gangguan jiwa bukanlah orang jahat, dia hanya tidak bisa membedakan mana yang sebenarnya. Lagi pula, aku ini adalah seorang perawat yang setidaknya sedikit paham tentang hal itu. Memang benar orang dengan gangguan jiwa mungkin tidak membahayakan diri sendiri, tapi terkadang justru membahayakan orang lain.

Setelah aku rasa tenang, aku pun berpamitan dengan pak polisi untuk melanjutkan perjalananku mencari penginapan. Satu dua tempat sudah kudatangi, nyatanya semua kamar sudah penuh. Hingga akhirnya aku menghubungi salah satu penginapan dan tersisa 1 kamar. Segera aku ke penginapan itu dan kuambil kamar yang tersisa. Akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku di kasur. Aku yang sudah hancur dengan rencana liburku, akhirnya memutuskan untuk pulang saja. Ku pesan tiket kembali untuk hari itu lebih awal. Sudah tidak peduli lagi dengan rencana jalan-jalanku, aku hanya ingin segera kembali ke asrama dan mengakhiri liburku.

Pagi pun menyapa, aku bersiap-siap untuk berangkat ke bandara kembali. Dihantarkan hujan yang begitu lebat membasahi bumi Jakarta, tepat setelah acara seremonial tahun baru itu selesai. Mungkin memang benar, rekayasa hujan yang dibuat oleh pemerintah telah berhasil. Namun, nyatanya justru hujan begitu deras datang di pagi ini. Bahkan sopir yang mengantarku pun menyampaikan hujan kali ini tidak seperti beberapa hari belakangan. Untung saja hujan ini tak disertai angina. Dan akhirnya aku sampai di bandara lebih awal meski aku sudah memprediksi keberangkatanku lagi-lagi tertunda seperti biasa.

Sampainya aku di bandara tujuan akhir, aku pun memesan Gojek menuju Mall Boemi Kedaton seperti yang aku rencanakan selama di penerbangan untuk menonton Avatar. Dan syukurnya sesuai rencanaku, setidaknya masih ada 1 kursi kosong di jam awal penanyangan di hari itu. Setidaknya butuh waktu 3 jam lamanya film berlangsung. Meski posisi kursi yang kurang efektif, tapi setidaknya aku cukup merasakan sensai menonton dengan versi 3D. Sedikit review nih ya, benar kata orang, Avatar kali ini memang temanya lebih kepada family dan itu bisa ditonton untuk semua jenis usia.



Setelah usai menonton, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Jalanan begitu padat merayap, dan akhirnya aku sampai di asrama tepat saat adzan Magrib. Begitulah aku mengakhiri masa liburanku, dan menyisahkan satu hari untuk menetralkan diri dari kejadian diluar dugaan. Mungkin untuk sementara aku tak akan kembali ke Jakarta lagi, sampai entah kapan nanti jika aku sudah baik-baik saja. Terima kasih Jakarta untuk kisah singkatnya. Semoga kau tetap masih ku kenal dengan kebaikannya yang pernah aku temukan dulu.

Komentar