Ujian Nyali (D-SMA #10)


Waktu ujian akhir semesterpun datang menjadi penentu untuk kami naik kelas atau tinggal kelas. Satu tahun lama nya kami berada di kelas X akan berakhir tepat setelah kami melalui masa ujian dan kenaikan kelas. Sebelum naik kelas, ujian inilah yang menjadi penentu kami nantinya akan masuk di kelas mana, kelas IPA kah atau IPS kah.

Satu kesalahan besar yang aku lakukan saat ujian akhir semester ini yang tak bisa kulupakan dan kumaafkan. Ku akui, aku salah dan menyesal akan tindakanku. Bahkan selama ini aku tak pernah berani untuk melakukannya. Namun, entah datang dari mana rasa keberanian ini yang menyebabkan aku membuat lembar contekan untuk ujian di hari itu.

Lembar kertas yang sudah kutulis apa-apa yang menurutku akan keluar saat ujian nanti. Aku coba menyelipkannya diantara ikatan rambut ku. Dan saat proses ujian, disela-sela guru yang sedang menjaga ruang ujian, aku mengambil lembar kertas tersebut dan mencoba membacanya. Namun, belum sempat aku membukanya, tiba-tiba guru jaga mulai berkeliling memeriksa kami. Sepontan aku kembalikan lembar kertas itu ke ikatan rambutku lagi.

Saat aku lihat guru tersebut kembali duduk ke meja jaganya, aku mencoba mengambil kembali lembaran tadi. Tapi naasnya aku tidak menemukannya lagi berada di rambutku. Ku coba lepas ikatan itu perlahan, namun tidak juga kutemukannya. Aku coba mencari disekeliling meja dan kursiku, tapi sama sekali tidak kutemukan. Hingga akhirnya jam ujian pertamapun selesai dengan hasil ujian yang aku kerjakan dengan penuh rasa cemas. Bagaimana jika ternyata kertas itu ditemukan oleh guru. Sedang aku sudah coba bertanya kepada teman-teman yang ada disekitar meja ku, dan mereka tidak melihat kerta apapun di sekitarku.

Tepat di hari berikutnya, sebelum kami memulai ujian di jam pertama, tiba-tiba seorang teman yang duduknya tepat di belakangku berkata.

“Tia, maaf ya, kemarin kertasmu aku yang mengambilnya saat jatuh di lantai.”

Sepontan aku menghela napas panjang, antara kesal karena sejak kejadian itu aku tak bisa tenang, dan juga bersyukur bahwa aku tahu bukan guru jaga yang menemukan lembar contekan itu. Sungguh, apa jadinya jika guru jaga yang menemukannya, habislah diriku dipanggil ke ruang Wali Kelas. Dan sejak saat itu, aku tak pernah lagi berani untuk mencoba membuat contekan dalam bentuk apapun. Cukuplah sekali mejadi pelajaran tersendiri bagiku. Bahwa apapun yang kita lakukan dengan cara tidak baik akan membawa ketidakbaikan pula pada hidup kita. Maka cukup lakukan yang terbaik dengan cara terbaik yang kita bisa.

Komentar