Surat dari Seseorang (D-SMA #17)


Masa-masa SMA memang terkenal dengan masa merah jambu. Dimana di saat ini lah benih-benih virus cinta menyebar dimana-mana. Tidak terkecuali pada teman sekelasku yang memiliki ketertarikan pada seseorang yang kebetulan juga berada satu kelas. Hal yang wajar jika hal tersebut bisa terjadi. Terlebih jika setiap hari saling bertemu, bertatap muka atau berdiskusi bersama.

Biasanya ketika seseorang yang tertarik dengan lawan jenis akan menuliskan kata-kata mutiara di lembaran kertasnya. Mungkin jika dia berani mengutarakan kalimat tersebut akan lebih mudah lawannya untuk memahami. Tapi sayangnya temanku yang satu ini cukup bisa dikatakan pemalu. Dan saat seperti inilah mode jahil ku pun tumbuh. Seketika aku mengambil lembar kertas yang sudah ditulisnya itu. Yups, teman ku ini kebetulan cowok yang tertarik dengan teman sekelasku juga yang tidak lain adalah Ziza. Entah apa yang membuat dia tertarik pada Ziza, yang jelas sebegitunya dia hingga menuliskan surat dalam secarik kertas tak tersampaikan. Akhirnya aku jahilin sekalian dia. Kubaca isi surat tersebut di dalam kelas, tepat setelah dia lengah akan kertas yang aku ambil dari mejanya.

Tiba-tiba kelas terasa hening saat aku membaca beberapa paragraf tanpa disadari sang penulisnya. Namun tidak begitu lama saat mencapai paragraf ke tiga, tiba-tiba dia menyadarinya dan mulai mengejarku. Akhirnya kami kejar-kejaran di kelas, di antara kursi dan meja yang masih berpenghuni. Aku pun masih sempat membaca beberapa paragraf dengan suara kencangku. Sedang teman-teman yang lain hanya mendengarkan sambil tertawa puas melihat kekonyolan itu. Pada akhirnya dia bisa merebut kembali kertas yang aku pegang itu.

Setelah semuanya usai, dia pun marah kepadaku. Aku tahu alasan mengapa dia sampai sebegitunya marah, tentu saja dia marah karena merasa dipermalukan olehku. Tapi percaya atau tidak, selang beberapa waktu berlalu, tiba-tiba dia mengabariku bahwa cewek yang dia taksir akhirnya menerimanya perasaannya. Dan untuk pertama kalinya aku bisa melihat wajah yang begitu bahagia muncul darinya setelah ia mengatakan hal tersebut. Entah dengan alasan apa Ziza menerima perasaannya, yang jelas hubungan pertemananku dengan si kawan yang satu ini pada akhirnya tetap baik-baik saja. Dia sudah tidak mengungkit lagi tingkah lakuku yang dengan jahilnya membacakan suratnya di dalam kelas waktu itu. Atau mungkin itu adalah salah satu alasan mengapa Ziza menerimanya, karena isi surat yang pernah ia dengar saat aku membacakannya. Entahlah, hanya Ziza dan temanku lah yang tahu.

Komentar