Rujakan di Sekolah (D-SMA #29)


Akhirnya masa Ujian Nasional pun telah usai. Tinggallah kami menunggu pengumuman hasil kelulusan dari pusat pendidikan yang akan dibagikan serempak antara sekolah nantinya. Walaupun ujian telah usai, tapi kami masih merasakan ketegangan menanti hasil akhirnya. Apakah kami nanti akan lulus, ataukah hasil yang kami dapatkan tidak memberikan kami kesempatan untuk lulus bersama. Tentu bukan hal yang membahagiakan jika ada diantara kami yang tidak lulus. Kami telah masuk di sekolah ini bersama, ingin kami pun bisa lulus bersama juga. Entah bagaimana pun hasilnya nanti, kami tidak begitu peduli dengan angka tinggi atau rendahnya. Yang kami inginkan adalah kelulusan 100%.

Meski kami sudah tidak ada kegiatan wajib di sekolah, sembari menanti hasil pengumuman yang entah kapan akan keluar, kami masih menyempatkan untuk datang ke sekolah. Entah hanya untuk berkunjung dan bermain bersama, atau bahkan kami janjian untuk ke sekolah hanya untuk rujakan bersama. Kami memang sudah tidak memiliki beban belajar lagi, sehingga waktu-waktu inilah yang kami gunakan bersama untuk menikmati masa-masa akhir di sekolah. Setelah kemudian kelulusanpun memisahkan kami semua. Entah nanti ada yang melanjutkan kuliah di kampus yang sama, atau kerja di tempat yang sama. Yang jelas, kami hanya ingin menikmati sisa-sisa waktu bersama.

Bicara soal ngerujak, pasti tidak akan lupa dengan bahan dan alat yang kami perlukan untuk membuatnya. Tidak tanggung-tanggung kami juga membawa cobek beserta ulekannya ke sekolah, selain membawa buah-buahan dan bumbu rujaknya juga. Tinggal di desa dengan berlimpahnya buah-buahan membuat kami sangat minim pengeluaran. Setidaknya kami tidak perlu membeli buah hanya untuk rujakan bersama. Buah apapun yang ada di rumah bisa langsung dibawa ke sekolah. Ada yang membawa papaya mengkal, timun, bengkoang, mangga, jambu, dan lainnya. Bukankah ini adalah salah satu kenikmata tersendiri bagi kami. Sedang orang-orang di kota begitu kesulitan menikmati buah hanya karena harus membeli dengan harga yang terkadang cukup mahal. Dan kami cukup memetiknya di kebun atau samping rumah.

Akhirnya menu rujakpun sudah siap untuk kami santap, bersama genjrengan gitar dari salah satu teman yang memainkannya. Pedas, manis, dan segarnya rujak ini akan menjadi salah satu kenangan tersendiri bagiku yang tak akan pernah kulupakan nantinya. Aku dan mereka pernah bersama dalam satu atap yang sama menikmati masa muda bersama dengan segala suka dukanya. Mungkin suatu saat nanti kenangan inilah yang akan menyatukan kami kembali.

Komentar