Olimpiade Tingkat SMA I (D-SMA #5

“Tia, kamu dipanggil Pak Man tuh di kantor.”

“Ada apa ya, Zi?” Seingatku aku tidak punya urusan apapun dengan beliau, pikirku. “Apa ada masalah ya?”

“Kurang tahu juga sih. Kayaknya urusan olimpiade deh. Coba aja ke sana dulu.” Jelas Ziza, salah satu teman sekelasku.

Aku pun ke kantor sesuai pesan dari Ziza. Dan benar saja, ternyata pak Man memanggilku untuk urusan olimpiade. Tapi anehnya, aku kan didaftarkan untuk cabang mata pelajaran Matematika, sedangkan pak Man ini guru Geografi.

Akhirnya aku tahu alasan beliau memanggilku untuk mengganti cabang lomba yang aku ikuti, karena kakak tingkat yang akan didaftarkan ke cabang Matematika, sedangkan aku dialihkan ke cabang Geografi. Sebenarnya aku pun tidak terlalu pandai di bidang itu. Tapi karena sudah diminta, ya sudah akhirnya aku mengiyakan keputusan itu.

“Tapi Pak, boleh tidak jika saya meminjam buku Geografi milik Perpustakaan untuk saya pelajari di rumah?” Aku yang memang tidak memiliki banyak buku bacaan, berharap memiliki tambahan buku bacaan khususnya Geografi untukku belajar selama di rumah. Mengingat, waktu belajarku di sekolah tidak akan maksimal jika untuk persiapan lomba. Setumpuk buku dari Perpustakaan pun kubawa pulang sebagai tambahan bahan belajarku di rumah.

Tepat hari dimana lomba itu akan dilaksanakan, aku beserta tim sekolahku pun siap berangkat ke lokasi lomba. Tempatnya tidak begitu jauh dari sekolah kami. Lebih tepatnya lomba tingkat SMA ini diperuntukkan untuk se-Kecamatan. Dimana dalam satu Kecamatan hanya ada 10 SMA yang ikut sebagai peserta.

Saat sampai di lokasi lomba, tiba-tiba ada perubahan cabang lomba yang diikutkan. Benar saja, akhirnya cabang lomba Matematika dibatalkan karena peserta yang turut serta tidak mencapai separuh dari jumlah sekolah yang diikutkan. Akhirnya, guru pendamping sekolah kami pun memintaku untuk bertukar cabang lomba kembali dengan kakak kelasku itu. Yang artinya aku harus mundur dari lomba, dengan alasan kakak tingkat tahun depan sudah tidak bisa ikut lomba lagi, karena harus fokus dengan persiapan UN (Ujian Nasional). Sedangkan aku masih memiliki kesempatan di tahun depan. Sekali lagi, aku pun mengiyakan keputusan itu. Meski terasa mengganjal, tapi tidak ada yang perlu aku perjuangkan dengan alasan yang masuk akal.

Komentar