Musim Hujan (D-SMA #9)


Kala musim hujan tiba, maka bukan hanya persiapan mantel atau baju hujan saja yang perlu disediakan, tapi juga harus siap tenteng (angkat) sepatu. Percayalah letak sekolah yang berada diantara persawahan tidak akan ketinggalan akan sisa air hujan yang menggenang. Kadang kala kami harus dihadapkan pada pertanyaan.

“Hari ini sekolah libur atau masuk, ya?”

Pertanyaan simpel yang kadang buat galau satu sekolah. Karena terkadang desa tetangga tidaklah banjir atau bahkan hujan sedikit pun, tapi mereka sudah sampai di sekolah dengan segala keadaan. Akhirnya kami pun terkadang tidak bisa berdalih dengan alasan hujan. Ini juga merupakan salah satu alsan terbesar untuk kami bisa mempertimbangkan keseriusan kami akan belajar di sekolah. Saat teman-teman dari desa yang cukup jauh saja membela untuk tetap berangkat sekolah, tapi justru kami masih mempertanyakan libur sekolah. Bukankah kami yang rumahnya cukup dekat dengan sekolah ini sungguh tidak sadar diri.

Tapi tidak menutup kemungkinan juga, terkadang sampai di sekolahpun kami tidak bisa melangsungkan pembelajaran karena keadaan yang sungguh tidak memungkinkan. Terkadang air yang sudah terlalu meninggi, membuat tubuh kami kedinginan. Atau bahkan terkadang kami mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan sepatu di dalam kelas, karena sepatu yang kami gunakan sudah sangat basah dan tidak memungkinkan untuk dikeringkan.

Datangnya hujan bukan berarti kami menghujatnya, karena terkadang justru kami sering merasa senang karena ke sekolah tidak perlu belajar. Kami hanya bersenang-senang dengan jam kosong, yang kadang kami gunakan untuk bermain bersama di lorong kelas atau bahkan kami bisa gunakannya untuk bertanding sepak bola dengan kawan-kawan yang lain. Iya deh, maksud ku yang main siswa laki-laki, sedang kami jadi tim soraknya aja deh.

Jadwal kami setelah hujan mereda dan air sudah surut adalah membersihkan sisa-sisa air hujan yang menggenang. Nah momen seperti ini juga tidak ketinggalan kami gunakan untuk bermain berlari di atas lantai dan meluncur dengan kecepatan tinggi. Terkadang permainan tersebut kami gunakan untuk pertandingan di dalam kelas. Siapa yang bisa sampai ujung kelas dan tidak terjatuh maka dia yang jadi juaranya. Momen-momen seperti ini yang tentu saja akan sulit sekali kita temukan setelah lulus sekolah nantinya. Mungkin ini yang menjadi salah satu alasan mengapa orang dewasa ingin kembali merasakan masa-masa putih abu-abu mereka kembali. Ya, selain kisah romantika anak SMA sih.

Komentar