Kala
musim hujan tiba, maka bukan hanya persiapan mantel atau baju hujan saja yang
perlu disediakan, tapi juga harus siap tenteng
(angkat) sepatu. Percayalah letak sekolah yang berada diantara persawahan tidak
akan ketinggalan akan sisa air hujan yang menggenang. Kadang kala kami harus
dihadapkan pada pertanyaan.
“Hari ini sekolah libur atau masuk,
ya?”
Pertanyaan
simpel yang kadang buat galau satu sekolah. Karena terkadang desa tetangga
tidaklah banjir atau bahkan hujan sedikit pun, tapi mereka sudah sampai di
sekolah dengan segala keadaan. Akhirnya kami pun terkadang tidak bisa berdalih
dengan alasan hujan. Ini juga merupakan salah satu alsan terbesar untuk kami
bisa mempertimbangkan keseriusan kami akan belajar di sekolah. Saat teman-teman
dari desa yang cukup jauh saja membela untuk tetap berangkat sekolah, tapi
justru kami masih mempertanyakan libur sekolah. Bukankah kami yang rumahnya
cukup dekat dengan sekolah ini sungguh tidak sadar diri.
Tapi
tidak menutup kemungkinan juga, terkadang sampai di sekolahpun kami tidak bisa
melangsungkan pembelajaran karena keadaan yang sungguh tidak memungkinkan.
Terkadang air yang sudah terlalu meninggi, membuat tubuh kami kedinginan. Atau
bahkan terkadang kami mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan sepatu di dalam
kelas, karena sepatu yang kami gunakan sudah sangat basah dan tidak
memungkinkan untuk dikeringkan.
Datangnya
hujan bukan berarti kami menghujatnya, karena terkadang justru kami sering
merasa senang karena ke sekolah tidak perlu belajar. Kami hanya
bersenang-senang dengan jam kosong, yang kadang kami gunakan untuk bermain
bersama di lorong kelas atau bahkan kami bisa gunakannya untuk bertanding sepak
bola dengan kawan-kawan yang lain. Iya deh, maksud ku yang main siswa
laki-laki, sedang kami jadi tim soraknya aja deh.
Jadwal
kami setelah hujan mereda dan air sudah surut adalah membersihkan sisa-sisa air
hujan yang menggenang. Nah momen seperti ini juga tidak ketinggalan kami
gunakan untuk bermain berlari di atas lantai dan meluncur dengan kecepatan
tinggi. Terkadang permainan tersebut kami gunakan untuk pertandingan di dalam
kelas. Siapa yang bisa sampai ujung kelas dan tidak terjatuh maka dia yang jadi
juaranya. Momen-momen seperti ini yang tentu saja akan sulit sekali kita
temukan setelah lulus sekolah nantinya. Mungkin ini yang menjadi salah satu
alasan mengapa orang dewasa ingin kembali merasakan masa-masa putih abu-abu
mereka kembali. Ya, selain kisah romantika anak SMA sih.
Komentar
Posting Komentar