Di
tahun terakhir kami bersekolah, bukan berarti kami tidak turut serta dalam
kegiatan di luar sekolah. Kami masih tetap bisa turut serta berpartisipasi
dalam berbagai macam kegiatan. Salah satunya kegiatan yang diadakan di
Kecamatan. Jika biasanya ikut Olimpiade mata pelajaran tertentu, tapi kali ini
aku ikut serta dalam perlombaan MTQ atau Musabaqah Tilawatil Qur’an. Lomba ini
memang memiliki banyak cabang perlombaan, tapi dikhususkan untuk kegiatan
keagamaan islam. Dimana isi lombanya berupa cabang lomba cerdas cermat,
tilawah, qira’ah, kaligrafi, sampai hafalan surah dan juga hadis.
Lalu
bagaimana dengan aku? Cabang lomba apa yang aku ikuti? Tentu saja aku yang
tidak begitu pandai dengan perlombaan itu hanya bisa turut serta dalam cabang
lomba cerdas cermat. Sekolah kami mengirimkan beberapa peserta untuk mengikuti
kegiatan tersebut. Salah satunya dicabang lomba cerdas cermat yang berisi aku
dan kedua teman ku yang lain. Ini bukan berarti aku memiliki kecerdasan terkait
hal tersebut. Hanya saja mungkin sekolah memilihku karena aku juga menjadi
salah satu siswa cepat menghafal. Setumpuk buku islam yang belum pernah aku
baca, akhirnya seketika dalam waktu sekian hari harus aku lahap semua. Wkwkwk.
Lawan
kami kali ini tentu saja bukanlah lawan yang mudah untuk ditaklukkan. Terlebih
jika mereka justru memiliki pengalaman yang lebih dibanding kami. Tapi bukan
berarti kami tidak ingin memberikan perlawanan terhadap kemampuan tersebut.
Kami hanya perlu untuk berusaha mendapatkan kesempatan atas apa yang kami pahami.
Hingga akhirnya kami benar-benar mampu mengalahkan beberapa lawan kami dan
menjadi bagian dari 4 tim yang masuk ke babak final. Tentu bukan suatu hal yang
mudah untuk kami bisa mencapai ke tahap ini, terlebih banyak hal yang tidak
bisa kami jawab saat sesi terbatas untuk kami menjawab. Tapi justru kami
sesekali merebut kesempatan menjawab dari tim lawan. Dan akhirnya kami bisa
mencapai tahap ini.
Saat
sesi final ini dimulai, begitu gemuruh para pendukung dari tim lain, sedangkan
kami sungguh tidak ada sorakan yang diterima. Hal ini menjadi wajar ketika kami
tahu bahwa peserta dari sekolah kami yang turut serta juga sedang mengikuti
perlombaan dicabang perlombaan lain. Akhirnya kami sama-sama saling berusaha
tanpa riuh ramai dukungan dibelakang kami. Yang kami tahu hanya satu, mencoba
dan berusaha sebaik mungkin, meski kami tahu mereka bukanlah tandingan kami.
Dan benar saja, cabang lomba cerdas cermat bukanlah tempat kami menang menjadi
juara. Tapi kami sudah cukup bangga dengan berada pada sesi final.
Komentar
Posting Komentar