MTQ atau Musabaqah Tilawatil Qur’an (D-SMA #26)


Di tahun terakhir kami bersekolah, bukan berarti kami tidak turut serta dalam kegiatan di luar sekolah. Kami masih tetap bisa turut serta berpartisipasi dalam berbagai macam kegiatan. Salah satunya kegiatan yang diadakan di Kecamatan. Jika biasanya ikut Olimpiade mata pelajaran tertentu, tapi kali ini aku ikut serta dalam perlombaan MTQ atau Musabaqah Tilawatil Qur’an. Lomba ini memang memiliki banyak cabang perlombaan, tapi dikhususkan untuk kegiatan keagamaan islam. Dimana isi lombanya berupa cabang lomba cerdas cermat, tilawah, qira’ah, kaligrafi, sampai hafalan surah dan juga hadis.

Lalu bagaimana dengan aku? Cabang lomba apa yang aku ikuti? Tentu saja aku yang tidak begitu pandai dengan perlombaan itu hanya bisa turut serta dalam cabang lomba cerdas cermat. Sekolah kami mengirimkan beberapa peserta untuk mengikuti kegiatan tersebut. Salah satunya dicabang lomba cerdas cermat yang berisi aku dan kedua teman ku yang lain. Ini bukan berarti aku memiliki kecerdasan terkait hal tersebut. Hanya saja mungkin sekolah memilihku karena aku juga menjadi salah satu siswa cepat menghafal. Setumpuk buku islam yang belum pernah aku baca, akhirnya seketika dalam waktu sekian hari harus aku lahap semua. Wkwkwk.

Lawan kami kali ini tentu saja bukanlah lawan yang mudah untuk ditaklukkan. Terlebih jika mereka justru memiliki pengalaman yang lebih dibanding kami. Tapi bukan berarti kami tidak ingin memberikan perlawanan terhadap kemampuan tersebut. Kami hanya perlu untuk berusaha mendapatkan kesempatan atas apa yang kami pahami. Hingga akhirnya kami benar-benar mampu mengalahkan beberapa lawan kami dan menjadi bagian dari 4 tim yang masuk ke babak final. Tentu bukan suatu hal yang mudah untuk kami bisa mencapai ke tahap ini, terlebih banyak hal yang tidak bisa kami jawab saat sesi terbatas untuk kami menjawab. Tapi justru kami sesekali merebut kesempatan menjawab dari tim lawan. Dan akhirnya kami bisa mencapai tahap ini.

Saat sesi final ini dimulai, begitu gemuruh para pendukung dari tim lain, sedangkan kami sungguh tidak ada sorakan yang diterima. Hal ini menjadi wajar ketika kami tahu bahwa peserta dari sekolah kami yang turut serta juga sedang mengikuti perlombaan dicabang perlombaan lain. Akhirnya kami sama-sama saling berusaha tanpa riuh ramai dukungan dibelakang kami. Yang kami tahu hanya satu, mencoba dan berusaha sebaik mungkin, meski kami tahu mereka bukanlah tandingan kami. Dan benar saja, cabang lomba cerdas cermat bukanlah tempat kami menang menjadi juara. Tapi kami sudah cukup bangga dengan berada pada sesi final.

Komentar