Setelah
turun dari jabatan sebagai ketua kelas, aku tidak ingin meninggalkan
tanggungjawab yang aku pasrahkan kepada ketua yang baru tanpa ada pendampingan.
Aku masih merasa bertanggungjawab atas ketidak berdayaanku itu. Setidaknya ketika
ketua kelas mengalami kesulitan, maka aku akan berusaha hadir dan membantunya.
Entah apapun yang bisa aku lakukan, akan aku usahakan semampuku.
Pada
tahun terakhir kami di sekolah ini, harapannya ada kenang-kenangan yang bisa
kami tinggalkan untuk sekolah. Dimana kenang-kenangan itu terlihat dan menjadi
peninggalan yang akan menetap. Akhirnya angkatan kami sepakat untuk membuat taman
di depan ruang labratorium dengan hiasan berupa nama-nama kami yang tertulis
sebagai pembatas taman dibagian ujungnya. Begitulah kami menyepakati dan
melakukan apa yang kami sudah putuskan.
Hampir
setiap sore kami selalu kembali ke sekolah untuk membuat taman tersebut. Pembelian
bahan tersebut sekali lagi kami ambil dari uang kas kelas yang tersedia. Tentu
saja kami coba untuk membuat pengadaan bahan seminim mungkin. Setidaknya ada
pasir dan semen untuk membuat taman tersebut. Selebihnya bunga-bunga yang ada
akan kami bawa dari rumah masing-masing. Pembuatan tamanpun sudah hampir jadi
tinggal hiasan bagian ujungnya yang masih kesulitan kami buat. Terlebih kami
yang dari kelas IPA ini tidak begitu paham terkait kreatifitas semacam ini.
Akhirnya kami cenderung menghabiskan bahan tanpa sempat menyelesaikan bagian
pentingnya. Sedang kelas IPS yang notabennya memiliki anggota yang cukup
kreatif dengan karyanya pun bisa dengan mudah membuat desain sesuai dengan
targetnya.
Hal
konyol yang akhirnya kami lakukan saat itu karena kami kehabisan bahan, kami
sering mengambil semen milik sekolah yang kebetulan diletakkan di dalam ruang
laboratorium. Tentu saja bukan hal yang sulit bagi kami untuk mengambilnya.
Cukup mencukil jendela di bagian belakang ruang dan masuk melaluinya. Akhirnya
kami bisa mendapatkan secukupnya semen yang kami butuhkan. Adegan ini tidak
untuk ditiru ya, hanya ahlinya yang bisa melakukan hal ini. Terlebih yang
melakukan itu adalah kami anggota kelas yang perempuan, tidak terlepas aku dan
juga ketua kelas yang baru. Intinya dimana ada ketua kelas melakukan tugas
sulitnya, disitulah aku akan mendukungnya. Hahaha.
Jadi,
apakah akhirnya taman hias itu berhasil kami buat? Tentu saja sekali lagi kami
gagal membuatnya. Pada dasarnya memang kami cukup pandai dalam beride, tidak
untuk aplikasi.
Komentar
Posting Komentar