Berada
diantara siswa-siswa yang pintar, mengharuskanku melihat pemandangan yang
sungguh epic. Dimana hampir setiap hari aku bisa mendengar diskusi di dalam
kelas. Ini bukan lagi mencari pembenaran, tapi juga mencari kebenaran dari sebuah
pernyataan dari kasus-kasus yang ada dan diajukan oleh guru sebagai konflik
diskusi.
Suatu
hari saat pelajaran agama islam, kami dihadapkan pada sebuah pernyataan terkait
asal mula terciptanya manusia. Dimana dalam al-qur’an
sudah tertuliskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, sedang kami sadar benar
dalam ilmu Biologi bahwa proses kelahiran manusia adalah dari bertemunya sperma
ke dalam indung telur atau yang disebut ovum. Pada kasus ini kami tentu tidak
bisa mendebatnya, karena semua penelitian sudah jelas, dan ilmunya pun sudah
dibuktikan. Masalahnya kami belum mengetahui bagaimana cara islam memandang
proses hidup tersebut.
Hingga
akhirnya, perdebatan kami terjawab jelas dengan tanggapan dan argumen dari
masing-masing kelompok diskusi. Berikut juga disambut dengan jawaban dari guru
yang mendampingi kami selama proses diskusi tersebut.
“Benar, bahwa manusia itu diciptakan
dari tanah. Bagaimana pembuktiannya? Adik-adik pasti tahu dari mana dan
bagaimana manusia mencerna makanan sebagai sumber kehidupan.”
Jawabnya berlanjut “Salah satu contohnya,
ketika manusia mengkonsumsi nasi yang berasal dari padi dan ditanam di tanah. Itulah
salah satu wujud asal mula tanah bisa dicerna dengan segala macam prosesnya.
Begitu juga dengan hewan yang memproses makanan juga dari asal tanah. Maka
semua yang masuk kedalam tubuh kita memiliki unsur tersebut.” Jelas Bu
Nana, yang tidak lain adalah guru agama islam kami.
Sebab
itulah bagaimana ayat al-qur’an tak
pernah salah menjelaskan tentang semua yang ada di dunia ini. Jika kita belum
juga memahami apa yang ada di dunia ini, maka kembalilah pada al-qur’an, maka akan kita temui semua
jawaban di dalamnya. Kita hanya perlu untuk membacanya, seperti ayat di al-qur-an. Iqra’, bacalah! Membaca setiap apa yang ada di dalamnya, lalu
buktikan dalam kebenaran di dunia-Nya. Sama halnya seperti ilmu Matematika,
pembuktian itu memang akan membawa ketenangan jika kita tahu caranya.
Begitulah
sepanjang diskusi kami berjalan, akan selalu ada makna dalam kesimpulan,
setelah ketidaktahuan yang kami dapatkan. Namun, semakin banyak yang aku tahu,
semakin aku sadar bahwa aku tidak tahu apa-apa.
Komentar
Posting Komentar