Diskusi Kelas (D-SMA #15)


Berada diantara siswa-siswa yang pintar, mengharuskanku melihat pemandangan yang sungguh epic. Dimana hampir setiap hari aku bisa mendengar diskusi di dalam kelas. Ini bukan lagi mencari pembenaran, tapi juga mencari kebenaran dari sebuah pernyataan dari kasus-kasus yang ada dan diajukan oleh guru sebagai konflik diskusi.

Suatu hari saat pelajaran agama islam, kami dihadapkan pada sebuah pernyataan terkait asal mula terciptanya manusia. Dimana dalam al-qur’an sudah tertuliskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, sedang kami sadar benar dalam ilmu Biologi bahwa proses kelahiran manusia adalah dari bertemunya sperma ke dalam indung telur atau yang disebut ovum. Pada kasus ini kami tentu tidak bisa mendebatnya, karena semua penelitian sudah jelas, dan ilmunya pun sudah dibuktikan. Masalahnya kami belum mengetahui bagaimana cara islam memandang proses hidup tersebut.

Hingga akhirnya, perdebatan kami terjawab jelas dengan tanggapan dan argumen dari masing-masing kelompok diskusi. Berikut juga disambut dengan jawaban dari guru yang mendampingi kami selama proses diskusi tersebut.

“Benar, bahwa manusia itu diciptakan dari tanah. Bagaimana pembuktiannya? Adik-adik pasti tahu dari mana dan bagaimana manusia mencerna makanan sebagai sumber kehidupan.” Jawabnya berlanjut “Salah satu contohnya, ketika manusia mengkonsumsi nasi yang berasal dari padi dan ditanam di tanah. Itulah salah satu wujud asal mula tanah bisa dicerna dengan segala macam prosesnya. Begitu juga dengan hewan yang memproses makanan juga dari asal tanah. Maka semua yang masuk kedalam tubuh kita memiliki unsur tersebut.” Jelas Bu Nana, yang tidak lain adalah guru agama islam kami.

Sebab itulah bagaimana ayat al-qur’an tak pernah salah menjelaskan tentang semua yang ada di dunia ini. Jika kita belum juga memahami apa yang ada di dunia ini, maka kembalilah pada al-qur’an, maka akan kita temui semua jawaban di dalamnya. Kita hanya perlu untuk membacanya, seperti ayat di al-qur-an. Iqra’, bacalah! Membaca setiap apa yang ada di dalamnya, lalu buktikan dalam kebenaran di dunia-Nya. Sama halnya seperti ilmu Matematika, pembuktian itu memang akan membawa ketenangan jika kita tahu caranya.

Begitulah sepanjang diskusi kami berjalan, akan selalu ada makna dalam kesimpulan, setelah ketidaktahuan yang kami dapatkan. Namun, semakin banyak yang aku tahu, semakin aku sadar bahwa aku tidak tahu apa-apa.

Komentar