Antara Kantin dan Perpustakaan (D-SMA #4)


Jam pelajaran pertama sudah berganti jam pelajaran ke dua. Sesaat setelah guru Bahasa Indonesia meninggalkan kelas, bergantilah guru sejarah masuk dan memberikan mata ajarnya. Dalam sehari kami bisa menerima 3 sampai 4 kali mata ajar. Kelas di mulai dari jam setengah 8 pagi. Tentu saja kami seharusnya sudah sarapan sebelum berangkat. Tapi sayangnya aku sering sekali kabur saat jam makan pagi di rumah. Bukan karena tidak suka dengan menu makannya, tapi lebih sering malas aja kalau harus makan pagi. Terlebih jika sudah merasa terlambat masuk sekolah. Sering sekali saat ibu sedang ke pasar, aku langsung tancap gas berangkat ke sekolah tanpa makan.

Sekali dua kali aku sering kelaparan saat di sekolah, sebenarnya juga sudah diberi uang saku, tapi seringnya uang tersebut aku masukkan dalam tabungan. Alhasil aku jarang sekali main ke kantin. Sesekali aku ke kantin hanya untuk membeli nasi kuning untuk mengisi perut saat jam istirahat. Nasi kuning adalah menu favorit dan wajib yang ada di sekolah, apa lagi kalau lauknya ikan asin dan sayur papaya muda yang dimasak oseng kecap pedas. Masyaallah itu mantapnya luar biasa sekali.

Lalu bagaimana jika aku tidak ke kantin? Yups, ini pertanyaan yang sering aku dengar saat teman-teman yang lain berlarian ke kantin, tapi justru aku cenderung lebih memilih ke perpustakaan. Walaupun tidak ada tugas kelas atau yang lainnya, tapi aku lebih cenderung senang ke perpus. Entah hanya sekedar untuk membaca buku atau menyalin catatan belajarku. Perpus sudah serasa basecam ku di sekolah. Jika aku tidak ada di kelas atau di kantin, maka cukup mencariku di perpustakaan.

Saat di perpus, aku suka sekali membaca buku yang berbau Ilmu Pengetahuan Alam. Menurutku buku sejenis Biologi ini menarik sekali, apa lagi jika sudah membahas tentang proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tapi tidak menutup kemungkinan aku juga membaca beberapa buku lain seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan juga Sejarah. Menurutku, setiap mata pelajaran itu punya keunikannya sendiri. Dengan mempelajarinya saja kita bisa mengetahui banyak hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Terlebih saat mempelajarai tentang matematika, dimana dalam beberapa perhitungannya kita butuh pembuktian untuk melihat hasil yang benar. Seperti itulah hidup, banyak hal yang harus dibuktikan kebenarannya. Saat kebenaran itu sudah terbuktikan, maka disitulah kita akan merasakan bahwa apa yang kita lalui semua akan memiliki makna yang berarti. Sama seperti hidup kita yang akan terus memebrikan makna untuk masa depan kita.

Komentar